Archive for the ‘Sitahin’ Tag

2.2. Kemunculan Suku Alan   Leave a comment


Ada hal menarik dari asal kata Darial Gorge, tempat Ya’juj wa Ma’juj pernah tertahan yang berasal dari kata Dar-e alan yang berarti Gerbang Alans (Alani) di Persia. Besar kemungkinan dinamakan demikian karena lewat celah inilah Bangsa Alan dulunya selalu lewat untuk menyerang Derbent dan sekitarnya. Namun bisa jadi juga bahwa nama Darial Gorge berasal dari nama Raja Darius Agung (Darius I) yang membuat ngarai tersebut menjadi tempat terkungkungnya bangsa Alan, karena bangsa tersebut hanya bisa melihat Derbent dari Darial, sebab mereka tidak mampu menembus benteng yang dibuat Darius.

Oleh sebab itu, nama Darial dan nama Darius memiliki kemiripan, sama-sama berkonsonan d-a-r-i. Bahkan jika kita memakai bahasa asli Darial dari Georgia, yaitu Darialis dengan bahasa Iran Kuno (Elamite) dari Darius, yakni Dariamauis, maka nyaris tidak ditemukan adanya perbedaan berarti dalam pengucapannya. Maka dari itu, boleh jadi kata “Darial” berarti tempat dikurungnya bangsa Alan oleh Darius.

Berdasarkan materi arkeologi, Alans adalah salah satu suku nomaden dari Iran yang mulai memasuki era Sarmatian antara pertengahan abad ke-1 dan abad ke-2. Nama “Alani” muncul pada waktu yang hampir bersamaan di geografi Yunani-Romawi dan sejarah Dinasti Cina.

Suku Alan pertama kali disebutkan dalam literatur Romawi pada abad ke-1 dan dijelaskan sebagai orang-orang kejam yang suka berperang. Mereka sering menyerang kerajaan Persia dan provinsi Kaukasia dari Kekaisaran Romawi. Bangsa Alan dikenal sangat pandai berkuda, dimana dalam keadaan berkuda mampu memainkan berbagai senjata tajam dengan lihai, serta memiliki pergerakan yang sangat cepat dalam menyerang lawan-lawannya.

Di Persia, suku Alan disebut dengan nama Saka atau dalam dunia sejarah lebih dikenal dengan istilah suku Schytians/Scythia, namun terkadang juga disebut dengan nama Aorsi, Agathyrsi, Roxolani, Hun, Masguts, Massagetae, Iazygez, Yazygs, Maeotis, Dacians, Chionite, Xiongnu, Burtas, Cumans, Turks, Tatars, dan lain-lain. Adanya penyebutan yang berbeda-beda ini disebabkan sebagai akibat dari perbedaan penyebutan lafadz atau dialek serta nama daerah asal atau kediaman yang berbeda-beda dari suku-suku itu. Secara umum suku-suku nomaden dan bar-bar tersebut disebut dengan istilah Sarmatian oleh para sejarawan. Pada akhirnya suku-suku Sarmatian dari berbagai penjuru berkumpul dan bersatu, dan akhirnya lebih dikenal dengan nama Schythia atau Alan. Menurut saya, suku Alan atau Schytia inilah yang dimaksud sebagai Ya’juj wa Ma’juj.

kulit sakaTampak pada gambar (1), relief suku Saka bersama kuda mereka yang berada di Persepolis, Iran. Tampak wajah mereka seperti topi baja yang berbulu. Sementara gambar (2) adalah alas kaki bulu suku Schythian, sedangkan gambar (3) menunjukkan perisai mereka yang terbuat dari kulit dan rotan, dan gambar (4) merupakan pakaian mereka yang terbuat dari kulit yang bersulamkan legenda kuda terbang bertanduk [unicorn/pegasus] (tersimpan di Hermitage Museum, St. Petersburg – Rusia).

Sumber: kavehfarrokh.com (1), pinterest.com (2), bookandsword.com (3), skinandbonetattoo.blogspot.co.id (4)

Penjelajah terkenal Marco Polo pernah mengatakan bahwa suku Comanians terperangkap di belakang Dinding Besi Alexander. Suku ini pada akhirnya bersatu dengan suku Kipchak, sehingga sering disebut sebagai Cuman-Kipchak. Yang mencengangkan adalah ciri-ciri bangsa ini sangat mirip dengan ciri-ciri Ya’juj Ma’juj, dimana rambut mereka berwarna terang; ada yang pirang dan ada yang merah, serta kulit kekuningan. Bahkan dari patung mereka yang ada di Luhansk – Ukraina menunjukkan bahwa mata mereka kecil dan memiliki wajah seperti perisai (lihat gambar bawah).

KipchakPatung suku Kuman-Kipchak di Luhansk – Ukraina

Sumber: en.wikipedia.org

Dalam bukunya yang berjudul Yas’aluunaka Min Zulkarnain, Abul Kalam Azad menyebut suku Scythia/Schytian dengan “Sitahin”. Ia mengatakan bahwa pada tahun 700 SM, muncul suku Sitahin diatas panggung sejarah. Mereka menyerang daerah-daerah di Asia Barat, salah satunya adalah serangan yang terjadi pada 620 SM. Mereka melewati celah Darial di Pegunungan Kaukasus sebagai tanda bahwa barisan depan dari pasukan yang kejam itu sampai di Ninoi (Ninive), mereka memusnahkan Azerbaijan, Mazandaran, Jailan, dan Kurdistan.

Maka dari itu, tak heran jika Mikhail Lermontov mengejawantahkan Darial Gorge sebagai iblis, karena dari tempat inilah suku Alan atau Schythia, sang pemuja setan sering bersemayam. Dari sinilah mereka sering melancarkan serangan brutal dan biadab terhadap negeri-negeri yang ingin mereka kuasai. Di lokasi inilah mereka pernah membantai, menyiksa, dan memperkosa. Dan di tempat ini pula mereka sering berbuat tak senonoh dan menjijikkan, serta melakukan ritual-ritual aneh yang sangat disenangi oleh iblis.

Apa yang dikatakan sejarawan timur, Abul Kalam Azad menunjukkan bahwa Alans/Schythians rupanya sudah muncul sebelum milenium ke-1, yakni pada tahun 700 SM. Pendapat ini diperkuat dalam sumber-sumber Assirian yang menyebut nama Scythian dengan istilah Ishkuza = Ish-Oguz pada 650 SM.

Sejarawan Yahudi kontemporer, Josephus, mengatakan dalam bukunya berjudul “Perang Yahudi bagaimana Alans atau Scythians yang tinggal dekat Danau Meotis, dan pernah terperangkap oleh Gerbang Besi (yang dibuat oleh Raja Alexander) menjarah dan mengalahkan tentara Pacorus II, raja Media, dan Tiridates I, Raja Armenia, dua bersaudara yang kerajaannya diberikan oleh saudara mereka yang lain, Vologases I (raja Parthia). Saat itu, Parthia menguasai Media dan Armenia.

Berikut perkataan Josephus (dari Wikipedia):

Now there was a nation of the Alans, which we have formerly mentioned somewhere as being Scythians, and inhabiting at the Lake Meotis. This nation about this time laid a design of falling upon Media, and the parts beyond it, in order to plunder them; with which intention they treated with the king of Hyrcania; for he was master of that passage which king Alexander shut up with iron gates. This king gave them leave to come through them; so they came in great multitudes, and fell upon the Medes unexpectedly, and plundered their country, which they found full of people, and replenished with abundance of cattle, while nobody durst make any resistance against them; for Pacorus, the king of the country, had fled away for fear into places where they could not easily come at him, and had yielded up everything he had to them, and had only saved his wife and his concubines from them, and that with difficulty also, after they had been made captives, by giving them a hundred talents for their ransom. These Alans therefore plundered the country without opposition, and with great ease, and proceeded as far as Armenia, laying all waste before them. Now, Tiridates was king of that country, who met them and fought them but had luck to not have been taken alive in the battle; for a certain man threw a net over him from a great distance and had soon drawn him to him, unless he had immediately cut the cord with his sword and ran away and so, prevented it. So the Alans, being still more provoked by this sight, laid waste the country, and drove a great multitude of the men, and a great quantity of the other prey they had gotten out of both kingdoms, along with them, and then retreated back to their own country.

Dari perkataan Josephus diatas kita dapat memetik pelajaran bahwa suku Alan yang merupakan kaum “Ya’juj wa Ma’juj” memang pernah terhalang oleh gerbang besi, serta menghancurkan berbagai wilayah yang dilaluinya.

Sisi menarik lainnya dari perkataan sejarawan Josephus bahwa ia menyebut kata “Hyrcania”; tempat yang menurut saya dimaksud QS. 18:93 sebagai tempat “diantara dua gunung”. Hyrcania saat ini bernama Mazandaran yang berarti dalam batas atau batas gunung, persis petunjuk yang diberikan QS. 18:93. Tempat ini memiliki panorama menawan serta lahan subur, yang ditumbuhi banyak pohon penghasil kayu, memiliki banyak sungai yang semuanya berjalan dari gunung ke laut, dan hewan-hewan herbivora maupun karnivora.

Wikipedia mengatakan:

Hyrcania, now called Mazanderan, comprehends the largest and widest portion of the low plain along the shores of the Caspian Sea. It is one of the most fertile provinces of the Persian empire, whether the mountains or the plains are considered. Travellers passing through the forests of Mazanderan, pass through thickets of sweetbriar and honeysuckle ; and are surrounded with acacias, oaks, lindens, and chestnut trees. The summits of the mountains are crowned with cedars, cypresses, and various species of pines. So beautiful is this district, that in the hyperbolical language of the orientals it is styled, Belad-al-Irem, or, the Land of the Terrestrial Paradise.

Selanjutnya dalam Wikipedia disebutkan:

“Hyrcania (Ὑρκανία) adalah nama Yunani yang berasal dari bahasa Persia Lama Verkâna seperti yang tercatat dalam Prasasti Behistun Raja Darius Agung, serta di Prasasti Kuno berskript cuneiform lainnya di Persia. Verka berarti “serigala” dalam bahasa Persia Kuno. Dalam bahasa Avesta disebut Vəhrkō, dalam bahasa Gilaki dan Mazandarani disebut Verk, dalam bahasa Persia modern disebut gorg, dan dalam Sansekerta disebut Vŗka (वृक). Akibatnya, Hyrcania berarti “Tanah Serigala”. Nama itu meluas ke Laut Kaspia dan mendasari nama kota Sari (Zadracarta), kota pertama dan kemudian terbesar di bagian utara Iran (Mazandaran, Golestan [Gorgan], dan Gilan) dan merupakan ibukota Hyrcania kuno.

cangkir emas HyrcaniaTampak pada gambar diatas, cangkir emas orang Hyrcania yang diperkirakan merupakan peninggalan pada tanggal paruh pertama di Milenium ke-1, digali di Kalardasht di Mazandaran.

Sumber: en.wikipedia.org

Kata “Verk” dan “Vrka” merupakan dasar dari kata “Vargr”, “Warg” dan “Varg” dalam mitologi nordik yang berarti serigala dan khususnya mengacu pada serigala Fenrir dan anak-anaknya Sköll dan Hati. Berdasarkan hal ini, JRR Tolkien dalam fiksi nya (yang dikenal dengan judul The Hobbit dan The Lord of the Rings) menggunakan bahasa Inggris Kuno (warg) untuk menyebut makhluk seperti serigala dari jenis yang sangat jahat.

WargTampak pada foto sebelah kiri, seorang wanita raksasa yang memegang ular sedang mengendarai warg pada batu bergambar. Batu bergambar ini berasal dari monumen kuno (Monumen Hunnestad) yang telah hancur di Swedia. Sedangkan gambar sebelah kanan menunjukkan warg yang ditunggangi oleh seorang kaum barbar yang melayani Sauron (Dewa bermata satu) dalam film The Lord of The Rings.

Sumber: en.wikipedia.org (gambar kiri), lotr.wikia.com (gambar kanan)

Dalam literatur Latin, Hyrcania sering disebutkan dalam hubungan dengan harimau, yang tampaknya sangat melimpah di sana selama Zaman Klasik (meskipun telah punah sejak awal 1970-an).

Komik fiksi karya Robert E. Howard tentang pahlawan wanita bernama Red Sonja digambarkan datang dari Hyrcania.

Shakespeare, mengandalkan sumber Latin, membuat ulang referensi dalam dramanya ke “Harimau Hyrcania” (Macbeth, III.iv.1281) atau “binatang Hyrcanian” (Hamlet, II.ii.447) sebagai lambang haus darah dan kekejaman. Di Henry VI, Bagian 3, Duke of York membandingkan Queen Margaret dengan “Harimau Hyrcania” (I.iv.622) atas kebiadabannya.

Bahkan di Merchant Shakespeare di Venesia, Pangeran Maroko juga membuat referensi ke Hyrcania. Dia mengatakan, “Padang pasir Hyrcania dan alam liar Arabia memiliki kesamaan saat ini”.

Menurut Morier, Mazanderan adalah ungkapan Persia modern, yang berarti: “Dalam batas atau Batas gunung”. Hal ini ditegaskan oleh Sir W. Ouseley, yang mengatakan dari Hamdallah (seorang ahli geografi Persia terkemuka), bahwa Mazanderan awalnya bernama Mawz-anderan, atau dalam gunung Mawz. Ia mengatakan: “Coh-Alburz adalah gunung yang sangat besar yang berdekatan dengan Bab al-abwab (Derbend), dan banyak gunung yang terhubung dengan Alburz, sehingga dari Turkestan ke Hejas, membentuk jarak sepanjang kurang lebih 1.000 farsangs, atau sekitar 130 mil, dan pada akun ini beberapa menganggapnya sebagai gunung Kaf [Kaukasus]. Sisi baratnya terhubung dengan pegunungan Gurjestan (Georgia), disebut Coh Lagzi (Daghestan), dan berkaitan dengan Sur a lakaeim. Dalam Coh Lagzi ada berbagai ras orang, sehingga sekitar tujuh puluh bahasa dan dialek yang digunakan di antara mereka. Dalam gunung yang memiliki banyak objek indah ini, dan ketika [kisaran] mencapai Shemshat dan Malatiah (Samosata Melitene), atau Kali Kala Pada Antakia dan Sakeliah (Antiokhia dan Seleukia), itu disebut Lekam, yang membagi Sham (Suriah) dari Room (Asia Minor). Ketika mencapai antara Hems (Emesa) dan Demishk (Damaskus), itu disebut Lebnan (Libanon), dan dekat Mekkah dan Madinah itu disebut Arish. Sisi timurnya terhubung dengan pegunungan Arran (Timur Armenia) dan Aderbijan (Azerbaijan), hal itu disebut Keik, dan saat mencapai Ghilan (Gelae dan Cadusians), dan Iraq (Media), dibutuhkan nama Terkel-diz-cuh, itu disebut Mauz saat mencapai Kurnish dan Mazandaran, dan awalnya Mazandaran bernama Mawzandaran, dan ketika Alburz mencapai Khorassan (Khurasan), hal itu disebut Lurry”.

Hyrcania terletak di sebelah utara Laut Kaspia (sehingga pada masa lampau Laut Kaspia disebut dengan nama “Laut Hyrcania”), dan pegunungan Alborz  di selatan dan barat. Negeri ini memiliki iklim tropis dan sangat subur. Orang-orang Persia menganggap wilayah Hyrcania merupakan salah satu “tanah-tanah dan negara-negara yang bagus” yang pernah diciptakan dewa tertinggi mereka (Ahura Mazda) sendirian.  Ke timur laut, Hyrcania terbuka ke stepa Asia Tengah, di mana suku nomaden telah hidup selama berabad-abad.”

Dari sini kita juga bisa menafsirkan bahwa bisa jadi laut yang dimaksud dalam QS. 18:86 adalah Laut Kaspia. Laut Kaspia adalah danau terluas di dunia. Danau ini merupakan danau yang berciri-ciri seperti laut: berair asin dan sangat luas, serta dikelilingi daratan berpasir seperti halnya pesisir pantai. Karena itulah danau ini sering disebut laut. Laut Kaspia terletak di sebelah timur dari Pegunungan Kaukasus dan di sebelah barat padang luas Asia Tengah. Di bagian utara laut Kaspia, terdapat daratan depresi (Caspian Depression) yang merupakan salah satu titik darat terendah di dunia. Iklim di wilayah sekeliling laut ini adalah sub tropis lembab, dikarenakan banyaknya uap air dari danau tersebut. Vegetasi disana berupa hutan musim yang selalu basah seperti hutan hujan, namun bukan hutan tropis.

Laut Kaspia memiliki luas permukaan 371.000 km2 (143.200 sq mi) (tidak termasuk laguna terpisah nya Garabogazkol Aylagy ) dan volume 78.200 km3 (18.800 cu mi). Ia memiliki salinitas sekitar 1,2% (12 g/l), sekitar sepertiga dari salinitas air laut. Danau ini diairi oleh sungai Volga, Ural, Kura, dan Terek.

Danau ini mungkin terbentuk sekitar 5,5 juta tahun yang lalu dan masih menjadi satu dengan Danau Aral, namun kedua danau itu sekarang terpisah menjadi danau-danau tersendiri, yakni Danau Aral dan Laut Kaspia.

Nama “Kaspia” berasal dari kata Caspi yang merupakan sebutan untuk suku pedalaman yang hidup di wilayah Caspiane (istilah Strabo untuk Transkaukasia), yaitu wilayah di sepanjang pantai selatan dan barat daya dari Laut Kaspia. Suku Caspi atau Caspians ini umumnya dianggap sebagai orang-orang pra Indo-Eropa oleh para sejarawan, dimana mereka telah diidentifikasi oleh  Ernst Herzfeld  sebagai Kassites atau Kossaei (istilah Strabo). Kassites atau Kossaei adalah orang-orang Timur Dekat Kuno yang menguasai Babilonia setelah jatuhnya Kekaisaran Babilonia Lama dan memiliki nama yang mirip dengan orang-orang Indo-Eropa. Mereka juga sangat pandai berkuda dan memanah. Penulis menduga bahwa suku Caspians atau Kassites inilah yang merupakan nenek moyang dari suku Alan dan Khazar, serta merupakan nenek moyang orang-orang Babilonia (termasuk Raja Nebukadnezar II) yang menguasai Israel pada masa silam.

Mungkin sampai disini Anda agak bingung dengan perkataan saya. Tetapi menurut saya inilah bukti kebesaran Allah yang ditunjukkan lewat Al-Qur’an. Dari QS. Al Kahfi 83-98 kita dapat mengetahui bahwa Darius I pernah berada di wilayah Laut Kaspia serta padang pasir Khorasan sebelum menuju Derbent untuk membangun Dinding Besi. Dan dari QS. Al Kahfi 83-98 pula kita akhirnya mengetahui bahwa Alexander III melewati daerah Laut Hitam serta gurun Anatolia sebelum menuju Derbent untuk membarui Gerbang Besi.

Lebih lanjut Wikipedia mengatakan:

“Hyrcania menjadi bagian dari Kekaisaran Persia pada masa pemerintahan Cyrus Agung (559-530 SM) atau Cambyses (530-522 SM). Semasa Dinasti Akhemeniyah (Achaemenids), Hyrcania sepertinya dimasukkan sebagai sub provinsi Parthia dan tidak disebutkan secara terpisah dalam daftar provinsi Darius dan Xerxes. Ibukota dan juga kota terbesar dan situs dari “istana” dari Hyrcania adalah Zadracarta.  Dari Prasasti Behistun kita tahu bahwa Hyrcania merupakan bagian dari Persia pada tahun 522. Ceritanya adalah sebagai berikut: Setelah kematian Cambyses, yang Majusi perampas Gaumâta, yang tidak termasuk dalam dinasti Achaemenian, merebut tahta. Para penganut kerajaan rumah Persia, bagaimanapun, membantu Darius untuk menjadi raja, ia membunuh perampas pada tanggal 29 September 522 SM. Hampir segera, subyek kekaisaran memberontak. Ketika Darius menekan pemberontakan ini dan tinggal di Babel, pemimpin Median, Phraortes, mengajukan tawaran untuk kekuasaan (Desember 522). Pemberontakannya segera menyebar ke Armenia , Asyur , Parthia dan Hyrcania. Namun garnisun Persia di Parthia masih bertahan. Itu diperintahkan oleh ayah Darius, Hystaspes. Pada tanggal 8 Maret 521 SM, Partia dan sekutu mereka, Hyrcanians, menyerang garnisun Persia, tetapi mereka dikalahkan. Tidak lama kemudian, Darius mampu meredakan ayahnya. Ini adalah penampilan pertama dalam sejarah Hyrcanians.”

Dari penjelasan diatas jelas Raja Darius Agung alias Malaikat Zulkarnain pernah berada di Hyrcania. Ini semakin menguatkan dugaan saya bahwa tempat “diantara dua gunung” yang dimaksud dalam QS. Al-Kahfi ayat 93 adalah Hyrcania alias Mazandaran. Sedangkan kalimat tempat “duunihimaa” (arah belakang kedua gunung) yang merupakan kediaman dari suatu kaum yang hampir tidak memahami pembicaraan pada QS. 18:93 adalah Dagestan. Sebagaimana yang dikatakan Sir W. Ouseley yang mengutip pernyataan Hamdallah bahwa dalam Coh Lagzi (Dagestan) ada berbagai ras orang, sehingga sekitar tujuh puluh bahasa dan dialek yang digunakan di antara mereka.

Hampir senada dengan Ouseley dan Hamdallah dalam artkel Harian Republika berjudul “Dagestan, Negeri Islam di Rusia” dikatakan bahwa Dagestan adalah sebuah kawasan yang memiliki keragaman etnis yang kaya, dengan puluhan kelompok etnis dan subetnis hidup di dalamnya. Amri Shikhsaidov dalam situs http://www.ca-c.org mengutip pandangan umum yang menyebut negara tersebut dihuni oleh lebih dari 30 kebangsaan. Hal ini juga sekaligus semakin menguatkan pernyataan sebelumnya bahwa Zulkarnain pernah membangun Gerbang atau Benteng Besi di Derbent, yang merupakan salah satu kota penting di Dagestan.

peta dagestanPeta Dagestan dan Sekitarnya

Sumber: republika.co.id